Selasa, 25 Maret 2014

Manfaat Perencanaan Keuangan


Setiap orang perlu memahami dan melakukan perencanaan keuangan pribadi dalam yang tepat mulai dari mengelola penerimaan-pengeluaran sehari-hari, tabungan untuk kebutuhan KPR/KPM, pendidikan anak, pensiun, investasi, hingga memilih asuransi.

Ada sejumlah manfaat dari perencanaan keuangan pribadi yang tepat antara lain:
·         Mengukur tingkat kesehatan keuangan pribadi dengan membandingkan jumlah pendapatan dan jumlah pengeluaran tiap bulannya
·         Merencanakan jumlah tabungan yang perlu dipersiapkan guna menghadapi masa pensiun,
·         Menentukan jumlah uang yang dapat digunakan untuk melakukan investasi yang sesuai dengan profil risiko,
·         Menentukan jumlah dan jenis asuransi yang sesuai, baik asuransi kesehatan maupun asuransi properti dan kendaraan.

Koewn (2010) menyatakan lima langkah yang diperlukan dalam merencanakan keuangan pribadi, yaitu:

1.      Mengevaluasi kesehatan keuangan pribadi.
Langkah pertama adalah melakukan pencatatan serta membandingkan antara jumlah pendapatan dan pengeluaran dalam kurun waktu satu bulan / tahun. Berdasarkan pencatatan tersebut dapat dibentuk suatu laporan keuangan laba-rugi pribadi (Income Statement) yang menunjukkan jumlah pendapatan yang tersisa (setelah dikurangi dengan total pengeluaran). Dana yang tersisa itu yang dapat dipergunakan untuk keperluan tabungan maupun investasi.

Selain itu, evaluasi keuangan pribadi dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah aset dengan hutang untuk mengetahui nilai kekayaan bersih. Nilai kekayaan bersih tersebut tergambar dalam laporan keuangan neraca pribadi (Balance Sheet). Jika perhitungan terhadap nilai kekayaan bersih memiliki hasil yang positif, maka kesehatan keuangan pribadi berada dalam posisi yang baik.

Informasi keuangan yang tercantum  dalam laporan laba-rugi maupun neraca dapat dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan analisis rasio keuangan pribadi. Evaluasi rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas keuangan, kemampuan untuk membayar kewajiban/hutang, dan untuk melihat apakah jumlah tabungan yang dimiliki dapat mencukupi pengeluaran di masa depan.

Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan keuangan pribadi antara lain:
·         Rasio Lancar (Current Ratio), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset likuid (kas, tabungan) yang dimiliki dapat memenuhi kewajiban jangka pendek (pembayaran kartu kredit). Rasio itu didapat dengan membandingkan aset lancar dengan kewajiban lancar. Batas minimum rasio lancar yang dinilai baik adalah dua kali.
·         Rasio Tabungan (Months Living Expenses Covered Ratio), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa lama (ukuran bulan) jumlah tabungan yang dimiliki dapat memenuhi  kebutuhan hidup tiap bulannya. Rasio tabungan dapat dihitung dengan membandingkan aset likuid dengan jumlah kebutuhan hidup per bulan. Keuangan individu dinilai baik jika aset likuidnya mampu mencukupi kebutuhan hidup selama 3-6 bulan.
·         Rasio Long-Term Debt Coverage, yaitu rasio yang membandingkan total pendapatan bersih  yang diterima tiap bulannya dengan jumlah pembayaran cicilan hutang jangka panjang per bulan (cicilan rumah, kendaraan). Bila nilai rasio seorang individu dibawah 2.5, maka individu perlu mengkaji ulang pembiayaan jangka panjangnya.
·         Rasio Utang (Debt Ratio) adalah rasio untuk mengukur berapa besar jumlah aset yang dimiliki jika dibiayai dengan utang. Rasio ini diukur dengan  membandingkan total utang (jangka pendek dan jangka panjang). Nilai rasio utang harus dievaluasi secara berkala, karena diharapkan seiring dengan menurunnya usia, nilai rasio tersebut akan berkurang.

Hasil evaluasi keuangan di atas terkait dengan anggaran belanja jangka pendek (< 1 tahun). Misalnya, jika ada tunggakan kartu kredit yang baru bisa dilunasi melebihi 1 thun, maka individu perlu menyusun ulang perencanan keuangannya.

2.        Menentukan tujuan keuangan pribadi
Evaluasi keuangan menunjukkan kematangan individu dalam hal tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangannya. Hasil evaluasi keuangan pribadi tersebut dapat membantu individu dalam menetapkan tujuan keuangan. Menurut Koewn (2010), tujuan keuangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
·         Jangka pendek,  berdurasi 1 tahun. Contohnya, pelunasan kartu kredit, perencanaan liburan, dan perencanaan tabungan untuk emergency funds.
·         Jangka menengah memiliki kurun waktu 1-10 tahun. Misalnya, dana pendidikan untuk anak dan asuransi kesehatan maupun pendidikan.
·         Sedangkan jangka panjang dapat berupa  perencanaan dana pensiun dan rencana usaha setelah pensiun.

Yang penting adalah setiap individu harus menetapkan prioritas serta menghitung biayaa untuk masing-masing tujuan itu. Evaluasi harus dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan keadaan eksternal dan keuangan pribadi.
     
3.      Mempersiapkan aksi keuangan
Langkah-langkah keuangan berisi panduan rencana keuangan yang akan dilakukan di masa mendatang. Panduan tersebut harus memiliki tingkat fleksibilitas dan likuiditas keuangan yang baik di samping memberikan nilai proteksi yang memadai. Misalnya, suatu perencanaan keuangan harus menyediakan dana darurat (emergency fund) dan proteksi (asuransi) untuk kebutuhan mendadak seperti sakit, bencana, maupun kematian.

4.      Menerapkan rencana keuangan
Individu harus berpegang kepada rencana dan tujuan keuangan yang telah dipersiapkan dalam menjalankan langkah-langkah keuangan. Tujuan dan rencana keuangan menjadi panduan dalam mengatur keuangan pribadi.

5.      Melakukan evaluasi terhadap rencana keuangan
Evaluasi terhadap rencana dan tujuan keuangan harus dilakukan secara berkala dan menyesuaikan dengan situasi keuangan yang ada pada tahun berjalan. Hasil evaluasi tersebut menjadi dasar untuk menyusun anggaran pada tahun depan. 


0 komentar:

Posting Komentar