Setiap orang perlu memahami dan melakukan perencanaan keuangan pribadi dalam yang tepat mulai dari mengelola penerimaan-pengeluaran sehari-hari, tabungan untuk kebutuhan KPR/KPM, pendidikan anak, pensiun, investasi, hingga memilih asuransi.
Ada sejumlah manfaat dari perencanaan keuangan pribadi yang tepat
antara lain:
·
Mengukur tingkat kesehatan keuangan pribadi dengan membandingkan jumlah
pendapatan dan jumlah pengeluaran tiap bulannya
·
Merencanakan jumlah tabungan yang perlu dipersiapkan guna menghadapi masa
pensiun,
·
Menentukan jumlah uang yang dapat digunakan untuk melakukan investasi yang
sesuai dengan profil risiko,
·
Menentukan jumlah dan jenis asuransi yang sesuai, baik asuransi kesehatan
maupun asuransi properti dan kendaraan.
Koewn (2010) menyatakan lima langkah yang diperlukan dalam
merencanakan keuangan pribadi, yaitu:
1. Mengevaluasi kesehatan keuangan
pribadi.
Langkah pertama adalah melakukan pencatatan serta membandingkan
antara jumlah pendapatan dan pengeluaran dalam kurun waktu satu bulan / tahun.
Berdasarkan pencatatan tersebut dapat dibentuk suatu laporan keuangan laba-rugi
pribadi (Income Statement) yang menunjukkan jumlah pendapatan
yang tersisa (setelah dikurangi dengan total pengeluaran). Dana yang tersisa
itu yang dapat dipergunakan untuk keperluan tabungan maupun investasi.
Selain itu, evaluasi keuangan pribadi dapat dilakukan dengan
membandingkan jumlah aset dengan hutang untuk mengetahui nilai kekayaan bersih.
Nilai kekayaan bersih tersebut tergambar dalam laporan keuangan neraca pribadi
(Balance Sheet).
Jika perhitungan terhadap nilai kekayaan bersih memiliki hasil yang positif,
maka kesehatan keuangan pribadi berada dalam posisi yang baik.
Informasi keuangan yang tercantum dalam laporan laba-rugi
maupun neraca dapat dievaluasi lebih lanjut dengan menggunakan analisis rasio
keuangan pribadi. Evaluasi rasio keuangan dapat digunakan untuk mengukur tingkat
likuiditas keuangan, kemampuan untuk membayar kewajiban/hutang, dan untuk
melihat apakah jumlah tabungan yang dimiliki dapat mencukupi pengeluaran di
masa depan.
Rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
keuangan pribadi antara lain:
·
Rasio Lancar (Current Ratio),
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aset likuid (kas,
tabungan) yang dimiliki dapat memenuhi kewajiban jangka pendek (pembayaran
kartu kredit). Rasio itu didapat dengan membandingkan aset lancar dengan
kewajiban lancar. Batas minimum rasio lancar yang dinilai baik adalah dua kali.
·
Rasio Tabungan (Months Living Expenses Covered
Ratio), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa lama
(ukuran bulan) jumlah tabungan yang dimiliki dapat memenuhi kebutuhan
hidup tiap bulannya. Rasio tabungan dapat dihitung dengan membandingkan aset
likuid dengan jumlah kebutuhan hidup per bulan. Keuangan individu dinilai baik
jika aset likuidnya mampu mencukupi kebutuhan hidup selama 3-6 bulan.
·
Rasio Long-Term Debt Coverage, yaitu rasio yang
membandingkan total pendapatan bersih yang diterima tiap bulannya dengan
jumlah pembayaran cicilan hutang jangka panjang per bulan (cicilan rumah,
kendaraan). Bila nilai rasio seorang individu dibawah 2.5, maka individu perlu
mengkaji ulang pembiayaan jangka panjangnya.
·
Rasio Utang (Debt Ratio) adalah
rasio untuk mengukur berapa besar jumlah aset yang dimiliki jika dibiayai
dengan utang. Rasio ini diukur dengan membandingkan total utang (jangka
pendek dan jangka panjang). Nilai rasio utang harus dievaluasi secara berkala,
karena diharapkan seiring dengan menurunnya usia, nilai rasio tersebut akan
berkurang.
Hasil evaluasi keuangan di atas terkait dengan anggaran belanja
jangka pendek (< 1 tahun). Misalnya, jika ada tunggakan kartu kredit yang
baru bisa dilunasi melebihi 1 thun, maka individu perlu menyusun ulang
perencanan keuangannya.
2. Menentukan tujuan keuangan
pribadi
Evaluasi keuangan menunjukkan kematangan individu dalam hal
tingkat likuiditas dan fleksibilitas keuangannya. Hasil evaluasi keuangan
pribadi tersebut dapat membantu individu dalam menetapkan tujuan keuangan.
Menurut Koewn (2010), tujuan keuangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:
·
Jangka pendek, berdurasi 1 tahun. Contohnya, pelunasan kartu kredit,
perencanaan liburan, dan perencanaan tabungan untuk emergency
funds.
·
Jangka menengah memiliki kurun waktu 1-10 tahun. Misalnya, dana pendidikan
untuk anak dan asuransi kesehatan maupun pendidikan.
·
Sedangkan jangka panjang dapat berupa perencanaan dana pensiun dan
rencana usaha setelah pensiun.
Yang penting adalah setiap individu harus menetapkan prioritas
serta menghitung biayaa untuk masing-masing tujuan itu. Evaluasi harus
dilakukan secara berkala dan disesuaikan dengan keadaan eksternal dan keuangan
pribadi.
3. Mempersiapkan aksi keuangan
Langkah-langkah keuangan berisi panduan rencana keuangan yang akan
dilakukan di masa mendatang. Panduan tersebut harus memiliki tingkat
fleksibilitas dan likuiditas keuangan yang baik di samping memberikan nilai
proteksi yang memadai. Misalnya, suatu perencanaan keuangan harus menyediakan
dana darurat (emergency fund) dan
proteksi (asuransi) untuk kebutuhan mendadak seperti sakit, bencana, maupun
kematian.
4. Menerapkan rencana keuangan
Individu harus berpegang kepada rencana dan tujuan keuangan yang
telah dipersiapkan dalam menjalankan langkah-langkah keuangan. Tujuan dan
rencana keuangan menjadi panduan dalam mengatur keuangan pribadi.
5. Melakukan evaluasi terhadap
rencana keuangan
Evaluasi terhadap rencana dan tujuan keuangan harus dilakukan
secara berkala dan menyesuaikan dengan situasi keuangan yang ada pada tahun
berjalan. Hasil evaluasi tersebut menjadi dasar untuk menyusun anggaran pada
tahun depan.
0 komentar:
Posting Komentar